Pemberian subsidi ini, kata Nuh, diharapkan dapat mengurangi beban pengeluaran keluarga miskin untuk pendidikan. Selain itu juga meningkatkan angka melanjutkan siswa antar jenjang pendidikan, menurunkan angka putus sekolah di semua jenjang pendidikan, serta penurunan kesenjangan pendidikan antara kelompok sosial ekonomi dan antar wilayah.
Terdapat 102.462 siswa SD di provinsi Banten yang menerima beasiswa program BSM-SD tersebut. Setiap siswa memperoleh 360 ribu per tahun. Selain memberikan beasiswa, Kemdiknas juga memberikan bantuan berupa perbaikan fasilitas belajar-mengajar. Fasilitas itu seperti perbaikan ruang kelas, bangunan perpustakaan baru, piano, greenboard, dan paket buku pengayaan.
Kondisi SDN Kendayakan, yang menjadi tuan rumah pemberian BSM-SD di Banten, memang terlihat memprihatinkan. Sekolah tersebut hanya memiliki 6 ruang kelas dan satu kantor. Ruang kelas yang dipakai oleh siswa sehari-hari kondisinya tidak cukup layak untuk belajar. Terdapat kerusakan di banyak tempat seperti jendela, dinding, dan atap. Sebanyak 195 siswa yang bersekolah di sana harus berhati-hati ketika hujan tiba. Atapnya yang rusak memperbesar kemungkinan kebocoran ketika hujan.
Nuh mengatakan, seharusnya kewajiban untuk melaksanakan pendidikan dasar merupakan kewajiban pemerintah kabupaten/kota. Namun Kemdiknas juga tidak bisa menutup mata apabila ada sekolah-sekolah yang benar-benar segera membutuhkan bantuan. “Pemerintah pusat akan bekerjasama dengan pemerintah daerah untuk melihat sekolah mana yang harus dibantu,” ujarnya.
Ia juga meminta kepada pemerintah daerah untuk memerhatikan sekolah-sekolah yang merupakan mata rantai terlemah ini. Jangan hanya datang ke sekolah-sekolah sekolah bagus saja. “Makanya tadi saya bertanya apakah bupati atau gubernurnya sudah pernah ke sekolah atau belum. Orientasi ini harus diubah, jangan hanya perhatikan sekolah yang besar saja, tetapi juga harus memperhatikan sekolah-sekolah yang menjadi mata rantai terlemah,” tandas Nuh.